BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Anak-anak dengan gangguan
motorik (gerakan) mengalami kesulitan dalam melakukan aktivitas hidup
sehari-hari, seperti: berjalan, berlari, makan minum, mandi, berpakaian, dan
sebagainya. Demikian pula di sekolah, mereka akan mengalami kesulitan dalam
belajar yang menggunakan gerakan seperti: gerakan menulis, menggambar, berolah
raga, dan lain sebagainya.
Anak dengan gangguan motorik
diakibatkan oleh berbagai kelainan, antara lain yang sering ditemukan di
sekolah adalah kelainan gerak akibat
penyakit Epilepsi, Cerebral Palsy, Spina Bifida, Muscle
Dystrophy, dan Traumatic Brain Injury.Untuk memberikan intervensi pada
anak-anak yang mengalami hambatan fisik sangat berbeda sesuai dengan jenis
kelainannya. Walaupun berbeda, namun intinya bahwa dalam menangani anak dengan
gangguan motorik, hendaknya berpedoman pada gerakan yang normal. Jadi setiap
gerakan yang menyimpang kita arahkan pada pola gerak normal.
B. RUMUSAN
MASALAH
1. Apa saja penyebab dan ciri-ciri siwa-siswi yang
mengalami hambatan fisik?
2. Apa saja kebutuhan kelas bagi anak yang berkelainan
fisik?
3. Bagaimana cara membantu siswa berkelainan fisik agar
berhasil di kelas inklusif ?
C. TUJUAN
1.
Untuk
mengetahui penyebab dan ciri-ciri
siwa-siswi yang mengalami hambatan fisik.
2.
Untuk
mengetahui kebutuhan kelas bagi anak
yang berkelainan fisik.
3.
Untuk
mengetahui cara membantu siswa
berkelainan fisik agar berhasil di kelas inklusif.
D. MANFAAT
Agar para pembaca khususnya calon guru mampu dan
memahami bahkan bisa menerapkan apabila menjumpai anak yang berkelainan fisik.
Selain
membantu pembaca mengetahui cara untuk membantu anak yang berkelainan fisik
berhasil di kelas inklusif. Dan untuk konselor pastinya yang akan ikut terjun
langsung di sekolaha.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENYEBAB
DAN CIRI-CIRI SISWA YANG MENGALAMI HAMBATAN FISIK.
1.
LAYU OTAK (CEREBRAL PALSY)
-
PENGERTIAN CEREBRAL PALSY
Cerebral palsy adalah kelainan yang disebabkan oleh kerusakan
otak yang mengakibatkan kelainan pada fungsi gerak
dan koordinasi, psikologis dan kognitif
sehingga mempengaruhi proses belajar mengajar. Ini
sesuai dengan teori yang disampaikan dalam The American Academy of
Cerebral Paslsy (Mohammad Efendi, 2006:118), “Cerebral Palsy adalah berbagai perubahan gerakan atau fungsi motor tidak normal
dan timbul sebagai akibat kecelakaan, luka,
atau penyakit susunan syaraf yang terdapat
pada rongga tengkorak”. Dari pengertian tersebut di atas, cerebral
palsy dapat
diartikan gangguan fungsi gerak yang diakibatkan oleh kecelakaan, luka, atau penyakit susunan syaraf yang terdapat
pada rongga tengkorak.
Dalam teori yang lain
menurut Soeharso (Abdul Salim, 2007:170), “cerebral palsy terdiri dari dua kata, yaitu cerebral
yang berasal dari kata cerebrum yang
berarti otak dan palsy yang berarti kekakuan”. Jadi menurut arti katanya, cerebral palsy berarti
kekakuan yang disebabkan karena sebab-sebab
yeng terletak di dalam otak. Sesuai dengan pengertian di atas, cerebral palsy dapat diartikan sebagai
kekakuan yang disebabkan oleh sesuatu yang ada
di otak. Istilah cerebral palsy dipublikasikan pertama oleh Willam
Little pada tahun 1843 dengan
istilah “cerebral diplegia”, sebagai akibat dari prematuritas atau asfiksia neonatorum. Dan, istilah cerebral
palsy diperkenalkan pertama kali oleh Sir
William Osler (Mohamad Efendi:2006). Istilah cerebral palsy dimaksudkan
untuk menerangkan adanya kelainan gerak, sikap
ataupun bentuk tubuh, gangguan koordinasi yang disertai
dengan gangguan psikologis dan sesnsoris yang disebabkan oleh adanya kerusakan atau kecacatan pada masa perkembangan otak.
-
KARAKTERISTIK
CEREBRAL PALSY
Manusia adalah mahluk yang
unik dengan ciri-ciri atau karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lain.
Begitu juga dengan karakteristik anak cerebral
palsy. Karakteristik anak cerebral palsy dapat dilihat dari ciri-ciri
yang tampak pada anak-anak cerebral palsy.
Penyebab utamanya adalah adanya kerusakan,
gangguan atau adanya kelainan yang terjadi
pada otak. Menurut Yulianto (Abdul Salim, 2007: 178-182), cerebral palsy
diklasifikasikan menjadi enam, Ataxia, yaitu:
a. Spasticity,
anak yang mengalami kekakuan otot atau ketegangan otot, menyebabkan
sebagian otot menjai kaku, gerakan-gerakan lambat dan canggung.
b. Athetosis,
merupakan salah satu jenis cerebral palsi dengan cirri menonjol, gerakan-gerakan
tidak terkontrol, terdapat pada kaki, lengan, tangan, atau otot-otot wajah yang
lambat bergeliat-geliut tiba-tiba dan cepat.
c. Ataxia ditandai gerakan-gerakan tidak terorganisasi
dan kehilangan keseimbangan. Jadi keseimbangan buruk, ia mengalami
kesulitanuntuk memulai duduk dan berdiri.
d. Tremor, ditandai
dengan adanya otot yang sangat kaku, demikian juga gerakannya, otot terlalu
tegang diseluruh tubuh, cenderung menyerupai robot waktu berjalan tahan-tahan
dan kaku.
e. Rigiditi, ditandai
dengan adanya gerakan-gerakan yang kecil tanpa disadari, dengan irama tetap, dan lebih mirip dengan getaran.
f. Campuran, yang
disebut dengan campuran anak yang memiliki beberapa jenis kelainan cerebral
palsy.
Dari pendapat Yulianto
(Abdul Salim, 2007: 178-182) di atas,cerebral palsy mempunyai
karakteristik sebagai berikut: mengalamikekakuan kekakuan otot; terdapat
gerakan-gerakan yang tidak terkontrol pada kaki, tangan. lengan, dan otot-otot wajah; hilangnya
keseimbangan yang ditandai dengan gerakan yang
tidak terorganisasi; otot mengalami kekakuan
sehingga seperti robot apabila sedang berjalan; adanya gerakan- gerakan kecil tanpa disadari; dan anak mengalami beberapa
kondisi campuran. Dalam teori yang lain,
Bakwin-bakwin (Sutjihati Somantri,2006:122), cerebral palsy dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Spasticity, yaitu kerusakan pada kortex cerebellum yang menyebabkan hiperaktive
reflex dan strech relex. Spasticity dapat dibedakan menjadi:
1) Paraplegia, apabila kelainan menyerang kedua tungkai.
2) Quadriplegia, apabila kelainan menyerang kedua tungkai
dan kedua tangan.
3) Hemiplegia, apabila kelainan menyerang satu lengan dan
satu tungkai dengan terletak
pada belahan tubuh yang sama.
b. Athetosis, yaitu kerusakan pada bangsal
banglia yang mengakibatkan gerakan-gerakan menjadi tidak terkendali dan terarah.
c. Ataxsia, yaitu kerusakan otot
pada cerebellum yang mengakibatkan gagguan pada keseimbangan.
d. Tremor, yaitu kerusakan pada bangsal
ganglia yang berakibat timbulnya getaran-getaran berirama, baik yang bertujuan
meupun yang tidak bertujuan.
e. Rigiditi, yaitu kerusakan pada bangsal
ganglia yang mengakibatkan kekakuan pada otot.
Menurut Yulianto
(Abdul Salim, 2007: 178-182), karakteristik cerebral palsy dibagi sesua dengan derajat kemampuan fungsional. Adapun
karakteristik cerebral palsy sesuai dengan derajat kemampuan fungsional yaitu:
a. Golongan
Ringan
Cerebral palsy golongan
ringan umumnya dapat hidup bersama anakanak sehat lainnya, kelainan yang
dialami tidak mengganggu dalam kegiatan sehari-hari, maupun dalam mengikuti
pendidikan.
b. Golongan
Sedang
Cerebral palsy yang
termasuk sedang sudah kelihatan adanya pendidikan khusus agar dapat mengurus
dirinya sendiri, dapat bergerak atau bicara. Anak memerlukan alat bantuan
khusus untuk memperbaiki pola geraknya.
c. Golongan
Berat
Cerebral palsy yang
termasuk berat sudah menunjukkan kelainan yang sedemikian rupa, sama sekali
sulit melakukan kegiatan dan tidak mungkin dapat hidup tanpa bantuan orang
lain. Dari pendapat Yulianto (Abdul Salim, 2007: 178-182) di atas,cerebral
palsy mempunyai karakteristik sebagai berikut: cerebral palsy
golongan ringan dapat hidup bersama anak-anak sehat lainnya, baik dalam
kehidupan sehari-hari maupun pendidikan; cerebral palsy golongan ringan
membutuhkan pendidikan khusus agar dapat mengurus diri sendiri,bergerak dan
bicara dan memerlukan alat bantu khsusu untuk pola geraknya; dan cerebral
palsy golongan berat menunjukkan kelainan yang sedemikian rupa, sama sekali
sulit melakukan kegiatan dan tidak mungkin hidup tanpa bantua orag lain. Dari
beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa
secara umum anak cerebral palsy memiliki karakteristik sebagai
berikut: mengalami kekakuan otot atau ketegangan otot, gerakan-gerakan tidak
terkendali, gerakan-gerakan tidak terkoordinasi, keseimbangannya buruk, dan
terdapat getaran-getaran kecil yang muncul tanpa terkendali. Kondisi anak cerebral
palsy yang demikian mengakibatkan anak membutuhkan bantuan dan layanan khusus
pada tingkatan tertentu.
-
DAMPAK
DARI CEREBRAL PALSY
Cerebral palsy dapat
berdampak pada keadaan kejiwaan yang banyak dialami adalah kurannya ketenangan. Anak cerebral
palsy tidak dapat stabil, sehingga
menyulitkan pendidik untuk mengikat (mengarahkan)
kepada suatu pelajaran atau latihan. “Anak cerebral palsy dapat juga bersikap depresif, seakan-akan melihat sesuatu
dengan putus asa atau sebaliknya agresif
dengan bentuk pemarah, ketidak sabaran atau jengkel,
yang akhirnya sampai kejang “. (Mumpuniarti, 2001: 101). Pendapat lain yang dikemukakan oleh Mohammad Efendi (2006:
126).
Kondisi ketunadaksaan pada
anak sebagian besar menimbulkan kesulitan belajar dan perkembangan kognitifnya.
Khsusunya anak cerebral palsy selain mengalami kesulitan dalam belajar
dan perkembangan fungsi kognitifnya, mereka pun seringkali mengalami kesulitan
dalam komunikasi, persepsi, maupun kontrol gerakan, bahkan beberapa
penelitian sebagian besar diketahui terbelakang mental (tunagrahita). Sedangkan
menurut Abdul Salim (2007: 184-176), kelainan fungsi dapat terjadi tergantung
dari jenis cerebral palsy dan berat ringannya kelainan, antara lain:
a. Kelainan
fungsi mobilitas
Kelainan fungsi mobilitas dapat diakibatkan oleh adanya kelumpuhan
anggota gerak tubuh, baik anggota gerak atas maupun anggota gerak bawah,
sehingga anak dalam melakukan mobilitas mengalami hambatan.
b. Kelainan
fungsi komunikasi
Kelainan ini dapat timbul karena adanya kelumpuhan pada otot-otot
mulut dan kelainan pada alat bicara. Kelainan tersebut mengakibatkan kemampuan
anak untuk berkomunikasi secara lisan mengalami hambatan.
c. Kelainan
fungsi mental
Kelainan fungsi mental dapat terjadi terutama pada anak cerebral
palsy dengan
potensi mental normal. Oleh karena ada hambatan fisik yang berhubungan dengan fungsi gerak dan perlakuan yang
keliru, mengakibatkan anak yang sebenarnya
cerdas akan tampak tidak dapat menampikan
kemampuannya secara maksimal.
Dari uraian di atas
dapat disimpulkan, kerusakan otak pada anak cerebral
palsy berdampak pada kelainan fisik,
kelainan psikologis, kelainan mobilitas,
kelainan komunikasi, kelainan mental dan inteligensi.
2.
EPILEPSI
Epilepsi (ayan) adalah suatu keadaan
yang berupa perubahan kesadaran yang biasanya berlangsung cepat dan singkat,
yang dibarengi dengan gerakan yang tidak sadar. Gerakan tidak sadar yang
terjadi selama kejang-kejang itu agak mirip dengan gerakan tidak sadar atau
kejang yang terjadi ketika orang yang sedang tidur atau kejang otot (kram) yang
dapat terjadi disebabkan kelelahan.
Serangan kejang-kejang dapat berupa
gejala sakit. Misalnya banyak anak mendapat sserangan kejang sebagai akibat
demam yang tinggi, yang disebut febrile
seizure dan tidak dianggap sebagai epilepsi. Serangan ini mungkin disebabkan
oleh ketidakseimbangan kimia tubuh. Suatu serangan kejang terutama selama masa
kanak-kanak, bukan indikasi bahwa orang itu mengidap epilepsi (Kobrin, 1991)
Apabila terjadi kejang-kejang yang
tidak ada hubungannya dengan demam atau suatu sakit lainnya, suatu diagnosis
epilepsi bisa dibuat. Bila epilepsi telah ditentukan sebagai penyebabnya, maka
suatu bentuk cacat atau cedera otak, dapat diperkirakan sebagai symptomatic epylepsy. Tapi bila tidak
ada sebab lain yang bisa ditentukan, dapat diperkirakan sebagai idiopathic epylepsy.
Bila suatu diagnosis epilepsi telah
dibuat, perawatan yang efektif biasanya dapat ditemukan. Terdapat berbagai
pengobatan yang dapat digunakan pengendalian kejang-kejang. Para dokter mencari
obat yang paling cocok bagi setiap individu untuk mengurangi frekuensi kejang
dan mencegah efek sampingnya ( White, 1995).
Lebih dari 70% kasus-kasus epilepsi,
serangannya dapat dikendalikan melalui pengobatan (Freeman dan Vining, 1990).
Fakta ini, digabung dengan kenyataan bahwa pada umumnya siswa dengan epilepsi
mempunyai rata-rata atau diatas rata-rata kemampuan intelektual. Sehingga perlu
dibuat suatu lingkungan sekolah inklusif dan guru-guru yang mempunyai informasi
cukup mengenai kondisi yang memaksa ini ( Batshaw dan Perret, 1992)
Prosedur-prosedur
membantu siswa yang mengalami serangan epilepsi :
· Bersihkan
tempat-tempat dari benda-benda yang tak dapat bergerak. Pindahkan setiap benda
yang mungkin dapat melukai, membakar, atau yang menyebabkan memar selama serangan ini.
· Jika
memungkinkan, balikkan badannya. Ini akan membantu mencegah terhambatnya air
liur atau muntahan.
· Tetap
berada dekat siswa, bersikaplah ramah ketika siswa mendapatkan kembali
kesadarannya. Tenangkan dia dari rasa malu,
· Jangan
memaksa mulut dia terbuka, dan tidak boleh meletakkan sesuatu di mulutnya.
· Perhatikan
dia selama mendapatkan serangan. Catat kapan berakhirnya.
ü Jika
serangan berakhir lebih dari 10 menit
ü Serangan
sering terjadi
ü Dia
menjadi biru atau nafas berhenti
Mintalah bantuan darurat.
Prosedur-prosedur tersebut
diterapkan untuk jenis kejang yang disebut generalazed
tonic-clonic. Jenis kejang ini juga disebut grand mal. Ada beberapa tipe serangan kejang lainnya. Namun tidak
memerlukan prosedur in. Bentuk-bentuk epilepsi ini mungkin tidak membutuhkan
tindakan tertentu atau perawatan khusus samasekali, tetapi lebih dari itu
diperlukan pengertian guru mengenai apa yang dialami oleh siswa. Satu bentuk
epilepsi yang lebih halus disebut absence
seizure (dulu disebut petit mal). Punya
kecenderungan menjadi bingung atau melamun, seringkali tidak memberikan
perhatian pada pelajaran.
Ada
pula bentuk-bentuk lain epilepsi yang mengakibatkan sikap yang aneh pada diri
orang yang nampak sadar sepenuhnya. Kejang otot tersentak-sentak, bergerak
tiba-tiba, atau sikap tak lazim yang lain mungkin merupakan gejala-gejala jenis
serangan ini. Petunjuk penting bagi setiap serangan, adalah sama. Orang yang
mengalami serangan perlu ditentramkan hatinya, bahwa mereka diterima dan
diperhatikan oleh orang lain.
3.
SPINA
BIFIDA
Istilah spina bifida dalam makna harfiahnya berarti tulang belakang terbuka
atau terbagi. Seperti cleft palate
atau cleft lip , ini merupakan
kegagalan yang terjadi pada penyatuan garis tulang belakang selama
berminggu-minggu awal perkembangan janin. Sebagian tulang punggung tidak
berkembang bersamaan, dan lajur-lajur tulang punggung mungkin akan menonjol
serta rentan akan kerusakan. Mungkin pula, terdapat rongga kecil terbuka dalam
kerangka tulang punggung yang tidak mengakibatkan kerusakan terhadap tulang
belakang.
Jika tulang belakang benar-benar
menonjol keluar melalui celah dalam rangka tulang belakang, kerusakan pada
otot-otot tulang belakang di punggung disebut myelomeningocele. Inilah bentuk yang paling serius spina bifida. Efek-efek
gangguan/kelainan sipina bifida akan
bertambah seiring dengan jumlah kerusakan yang terjadi pada tulang belakang dan
bergantung pada tempat dimana kerusakan tulang belakang terjadi. Sebagian anak-anak
dengan sipina bifida dapat berjalan
tanpa bantuan, yang lain perlu menggunakan alat bantu gerakan. Kekurangan
kendali pada usus besar dan kandung kemih sangat umum terjadi pada anak-anak
ini. Mereka harus diajarkan cara buang air serta menjaga kebersihan tubuhnya.
Sipina
bifida seringkali disertai komplikasi berupa adanya tekanan cairan yang
berlebihan di sekitar otak, yang disebut hydrocephalus.
Tekanan yang bertambah ini dapat menyebabkan pembesaran pada tengkorak
kepala anak dan terbelakang mental. Keadaan ini harus dirawat dengan melakukan
pencangkokan saluran pelangsir cairan yang berlebihan dari otak dan dari dalam
pembuluh darah.
4.
MUSCULAR
DYSTROPHY
Muscular dystrophy
merupakan kelompok gangguan yang ditandai dengan kemerosotan otot-otot yang
progresif. Bentuk yang paling umum dari gangguan ini adalah duchenne muscular dystrophy.
Pada umumnya anak-anak
dengan gangguan ini tidak dapat berjalan. Biasanya didahului dengan tidak dapat
menggunakan secara total lengan dan tangan merek, dan mereka sulit menggerakkan
serta menopang kepalanya. Kemerosotan otot pada akhirnya akan menghancurkan
jantung dan urat-urat yang mendukung pernafasan. Pada
umumnya mereka akan meninggal pada masa remaja atau menjelang dewasa karena
kegagalan jantung dan radang paru-paru. Muscular
dystrophy merupakan gangguan keturunan. Lebih banyak diwariskan kepada anak
laki-laki daripada anak perempuan.
5.
TRAUMATIC
BRAIN INJURY
Dalam masa sekarang telah terjadi
peningkatan pada insiden traumatic brain
injury (trauma cidera otak). Pada umumnya kasus-kasus ini sebagai akibat
dari kecelakaan mobil,sepada motor, dan kendaraan lainnya.dan adapula akibat
dari senjata api serta kekerasan pada anak-anak.
Menurut
IDE suatu traumatic brain injury adalah :
Cidera pada otak yang disebabkan oleh tekanan
fisik eksternal, yang mengakibatkan ketidakmampuan atau tidak berfungsinya otak
secara keseluruhan/sebagian, dan kemunduran psikososial, yang berdampak merugikan
prestasi akademik anak. Istilah ini diterapkan bagi cidera kepala
terbuka/tertutup yang mengakibatkan kemunduran satu bagian atau lebih, seperti
kemampuan kognisi, bahasa, memori, berpikir sebab akibat, berpikir abstrak,
membuat penilaian, memecahkan masalah, sensorik, persepsi, dan kemanpuan
motorik otak, perilaku psikososial, fungsi fisik, pemrosesan informasi dan
bicara. istilah ini tidak diterapkan pada cidera otak yang diakibatkan
bawaan/degeneratif, juga cidera otak yang disebabkan oleh trauma saat kelahiran
(Federal Register, 1990)
Gangguan traumatic brain injury bentuknya berbeda-beda dari yang ringan
sampai berat. Ada yang sementara ada pula yang permanen. Berat dan permanennya
gangguan ini tergantung usiaindividu ketika cidera terjadi. Orang dewasa dan
anak-anak yang lebih tua mungkin tidak
mengalami gangguan berat karena cidera pada bayi/anak-anak yang lebih kecil
akan mengalami gangguan yang berat (Mira, Tucker, dan Tyler, 1992).
Meskipun
jumlah siswa yang mengalami gangguan traumatic
brain injury relatif kecil di
sekolah, namun perlu untuk dicatat, hanya sebagian kecil dari siswa-siswa ini
yang masuk tempat reguler(DC:U.S. Departement
of Education, 1995). Bahwa
lebih dari 35% siswa-siswa yang traumatic
brain injury meninggalkan sekolah tanpa diploma
sekolah menengah (DC:U.S. Departement of
Education, 1994)
6.
KELEMAHAN KESEHATAN LAIN
Juvenile
diabetes disebabkan oleh insulin yang tidak
memadai , menyebabkan tubuh tidak mampu menyerap zat kanji dan gula yang
dibutuhkan supaya berfungsi normal.Gejala umumnya meliputi rasa haus yang
kronis , dan sering buang air kecil.Bila tubuh terlalu banyak mengandung
insulin maka mengakibatkan hypoglycemia(kadar
gula dalam darah kurang).Menyebabkan sakit kepala , muntah , jantung berdebar ,
dan masalah pernapasan.ketoacidosis
terjadi bila tubuh kekurangan insolin, dan berdampak sebagai berikut : lelah , rasa haus yang kronis dan pernapasan
yang dalam menunjukan gejala-gejala bahwa jumlah insulin di dalam tubuh rendah.
Untuk mengobatinya berikut ini ada beberapa cara :
1.
Cuci 15gr kulit kayu jambu mede sampai bersih, lalu potong-potong seperlunya.
2.
Rebus dalam 3 gelas air sampai tersisa satu gelas.
3.
Setelah dingin saring dan air saringanya diminum, sehari 2 kali masing-masing
½ gelas.
Cystic
fibrosis merupakan suatu kelainan bawaan(recesive gene disorders). adalah
penyakit kelenjar sekretori warisan Anda, termasuk kelenjar yang membuat lendir
dan keringat."Warisan" berarti bahwa penyakit dilewatkan melalui gen
dari orang tua untuk anak-anak. Orang-orang yang memiliki CF mewarisi dua gen
yang rusak CF-satu dari setiap orangtua. Orang tua mungkin tidak memiliki
penyakit sendiri. gejala umumnya tubuh mengeluarkan lendir yang sangat
tebal.berdampak pada gangguan pencernaan , pernapasan , dan gangguan fungsi
tubuh lainya. CF juga menyebabkan kemandulan pada pria, dan dapat membuat lebih
sulit bagi wanita untuk hamil. Pengobatan dini untuk CF dapat meningkatkan baik
kualitas hidup Anda dan umur. Pengobatan dini tersebut meliputi terapi nutrisi dan
pernapasan, obat-obatan, olahraga, dan perawatan lainnya.
AIDS
(acquired immuno deficiency syndrom) adalah suatu kondisi yang mengganggu
kemampuan tubuh sesorang dalam menahan dan memerangi infeksi.penyakit ini
berkembang setelah tertular HIV(human immuno deficiency syndrom).Hiv dapat
menular melalui kontak seksual , penyalah gunaan obat-obatan , dan transfusi
darah. Gejala-gejala AIDS , Sejak pertama seseorang terinfeksi virus HIV, maka
virus tersebut akan hidup dalam tubuhnya, tetapi orang tersebut tidak
menunjukkan gejala penyakit namun terlihat betapa sehat, aktif, produktif
seperti biasa. Karena gejala-gejala AIDS tampak setelah + 3 bulan. Adapun
gejala-gejala AIDS itu sendiri adalah :
1. Berat
badan turun dengan drastis.
2. Demam
yang berkepanjangan(lebih dari 38 0C)
3. Pembesaran
kelenjar (dileher), diketiak, dan lipatan paha)yang timbul tanpa sebab.
4. Mencret
atau diare yang berkepanjangan.
5. Timbulnya
bercak-bercak merah kebiruan pada kulit (Kanker kulit atau KAPOSI SARKOM).
6. Sesak
nafas dan batuk yang berkepanjangan.
7. Sariawan
yang tidak sembuh-sembuh.
Semua
itu adalah gejala-gejala yang dapat kita lihat pada penderita AIDS, yang
lama-kelamaan akan berakhir dengan kematian.kemudian adapun cara untuk mencegah
penyakit ini :
1. Hindarkan
hubungan seksual diluar nikah. Usahakan hanya berhubungan dengan satu orang
pasangan seksual, tidak berhubungan dengan orang lain.
2. Pergunakan
kondom bagi resiko tinggi apabila melakukan hubungan seksual.
3. Ibu
yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus, hendaknya jangan
hamil. Karena akan memindahkan virus AIDS pada janinnya.
4. Kelompok
resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor darah.
5. Penggunaan
jarum suntik dan alat lainnya ( akupuntur, tato, tindik ) harus dijamin
sterilisasinya.
B. KEBUTUHAN –
KEBUTUHAN KELAS BAGI SISWA BERKELAINAN FISIK
Anak
dengan kelainan fisik tidak harus mempunyai kurikulum yang berbeda dengan anak
normal karena pada dasarnya kognisinya itu masih mampu mengikuti pelajaran pada
umumnya. Namun
memang slama ini dalam proses pembelajaranya siswa dengan kelainan fisik
mendapatkan proses pembelajaran tidak pada kelas reguler pada umumnya.Mereka di
pisahkan dengan susunan kelas yang didalamnya dibuat suasana yang sedemikian
rupa untuk menunjang proses belajar mereka. Untuk saat ini
menentukan kebutuhan apa saja yang cocok untuk mereka memang agak sulit karena cakupan
dari gangguan nya yang luas , namun ada 4 bidang yang perlu di pertimbangkan
dalam mendapatkan akomodasi pembelajaran terbaik bagi siswa-siswa tersebut.
1. Keleluasaan gerak
dan memposisikan diri
Anak
yang mengalami gangguan fisik berat biasanya membutuhkan kursi roda listrik
untuk menunjang kebebasanya dalam bergerak sedangkan untuk anak yang ringan
gangguan fisiknya hanya perlu penopang , tongkat dan alat bantu jalan.kemudian
posisi duduk anak juga harus di perhatikan secara seksama karena tiap gangguan
fisik yang mereka alami tidak mungkin sama sehingga di sesuaikan dengan
gangguan fisik yang mereka alami dalam pengaturan posisi duduk yang pas untuk
setiap individu.kemudian selepas dari ruang kelas sekolah bagi anak yang
mengidap ganguan fisik juga harus memperhatikan akses jalan untuk sampai ke
fasilitas-fasilitas sekolah yang di butuhkan anak tersebut . misalnya jalan
menuju ruang kelas , toilet , kantin dll apakah sudah dijamin bisa dilewati
oleh anak yang mengguanakan alat bantu berjalan seperti kursi roda atau pun
tongkat serta alat bantu lainya.Itulah yang menjadi tahap selanjutnya dalam
pembenahan gedung sekolah bagi anak dengan gangguan fisik untuk pihak sekolah
agar benar-benar bisa menunjang pembelajaran bagi anak tersebut secara optimal.
2. Komunikasi
Siswa
yang mengalami gangguan fisik tidak semua bisa mempunyai ketrampilan yang sama
dalam berkomunikasi seperti bicara atau menulis sehingga perlu menggunakan alat
bantu semisal suatu papan komunikasi sederhana yang di buat sehingga siswa
dapat menunjuk atau menggerakan matanya kepada gambar , huruf atau kata.Bukan
hanya itu saja , dengan kemajuan jaman , sekarang ini perangkat software dan
hardware pada komputer sudah ada yang meynediakan input dan output yang dapat
mempermudah kemampuan bahasa orang – orang yang mengalami gangguan fisik.
Misalnya , voice-activation devices
dapat memberikan akses yang lebih besar terhadap informasi dan pengendalian
yang lebih besar bagi lingkunan individu mereka.
3. Ketrampilan menolong
diri (self-Help
skill)
Anak
dengan gangguan fisik memerlukan pelatihan untuk meningkatkan ketrampilan
mereka terutama dalam hal berkomunikasi yang slama ini menjadi masalah yang
mereka hadapi sehingga harus di pisahakan dengan anak normal pada umumnya.ini
bisa terjadi karena beberapa masalah otot yang sama menyebabkan
kesulitan-kesulitan dalam berkomunikasi bagi anak-anak, dan orang dewasa yang
mengalami gangguan fisik.kemudian dengan bantuan alat-alat yang sudah di
modifikasi sedemikian rupa yang bertujuan untuk memberi kemudahan untuk
bergerak dan berkomunikasi untuk anak dengan gangguan fisik diharapkan dia
sudah mampu belajar sedikit demi sedikit menggunakanya sehingga dia tidak
selalu bergantung pada orang lain.
4. Kebutuhan-kebutuhan Psikososial
Bagi sebagian siswa berkelainan fisik, tumbuh sebagai
remaja dengan gangguan ini menjadi tantangan-tantangan khusus. beberP peneliti,
misalnya berpendapat bahwa anak-anak berkelainan fisik memiliki kesulitan yang
lebih besar mengembangkan sense of self-esteem yang positif dan mengalami
kecemasan yang lebih besar disbanding anak-anak lain. Berbagai reaksi
psikososial terhadap individu yang mempunyai kelainan fisik telah diamati.
Sebagian anak-anak dan remaja yang mengalami kelainan ini mengembangkan
strategi-strategi yang berhasil dalam mengatasi kelainan ini.
C.
CARA
MEMBANTU SISWA BERKESULITAN FISIK BERHASIL DI KELAS INKLUSIF
1.
PENGAJARAN
KEMANDIRIANYANG OPTIMAL
Penekanan
dalam pengajaran bagi siswa-siswi ini, harus pada kemandirian yang optimal dan
memperhatikan perbedaan antarpribadi ( self-determination ).
Beberapa
cara dalam mendorong perbedaan antarpribadi dalam diri siswa dengan keterbatasan
gerak (disaktivitas) yang telah disarankan oleh Brotherson dkk :
-
Mengajarkan pilihan,
pembuatan keputusan, dan kemampuan.
-
Membangun lingkungan
sekolah yang menjamin kesempatan dalam memilih.
-
Berfungsi sebagai
sumber daya, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat.
-
Menjadi nasihat
perubahan masyarakat dan dukungan pendampingan orangtua.
-
Dukungan masyarakat
dalam mempermudah kebutuhan anak-anak ini.
-
Membentuk kemitraan
dengan para pengusaha dan masyarakat.
2.
BELAJAR
KELOMPOK
Belajar
kelompok di sekolah seringkali dilakukan dengan tujuan menciptakan kemampuan
atau keterampilan yang lebih homogeny.
Adapun
bentuk dari pengelompokan yang bisa diterapkan dalam lingkungan sekolah yang
berfungsi meningkatkan sikap yang positif, antara lain :
-
Pengelompokan yang
fleksibel (flexible grouping), yaitu suatu teknik yang memberikan siswa dengan
dan tanpa kelainan bekerjasama kea rah pencapaian tujuan-tujuan tertentu.
Didalam flexible grouping meliputi sekurang - kurangnya dua orang dan sebanyak
-banyaknya sepuluh orang, dan tiap
anggota kelompok didorong untuk memberikan tugas yang dekat dan tertentu
menurut kemampuannya.
-
Pengelompokan kerjasama
(cooperative grouping), yaitu pembentukan kelompok kecil dari siswa yang
memiliki kemampuan dan keahlian berbeda. Kelompok ini terdiri dari empat atau
lima orang siswa. Tiap anggota kelompok saling membantu dalam memenuhi tujuan –
tujuan yang telah ditentukan untuk pembelajaran.
3.
TEAM
TEACHING
Hal
yang penting bagi pembentukan kelas dan sekolah yang lebih inklusif adala
pendidikan bekerjasama lebih kooperatif dalam memberikan lingkungan
pembelajaran yang kondusif serta pengajaran yang efektif bagi semua siswa yang
berkelainan.
Beberapa
keuntungan team teaching yang berlangsung baik untuk siswa berkelainan maupun
tanpa kelainan diantaranya yaitu :
1. Pengembangan
kemampuan perancangan yang lebih baik.
2. Peningkatan
kemampuan memecahkan masalah.
3. Menambah
harga diri.
4. Meningkatkan
kemampuan komunikasi.
5. Kemampuan
social yang efektif dan lebih memuaskan .
6. Menambah
pembelajaran akademis.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Bahwa penyebab anak
mengalami kelainan fisik tak lain karna beberapa factor, antara lain yaitu :
layu otak,epilepsy, spina bifida, traumatic brain injury, kelemahan kesehatan
yang lain. Sehingga menjadikan anak itu tidak percaya diri tidak berani didalam
kelas, dan memerlukan kebutuhan antara lain : kebutuhan keleluasaan gerak dan
memposisikan diri, kebutuhan akan komunikasi, keterampilan menolong diri, dan
kebutuhan psikososial.
Adapun cara yang bisa digunakan
dalam hal ini adalah seperti : pengajaran kemandirian yang optimal, belajar
kelompok, dan team teaching.
DAFTAR PUSTAKA
Buku pendidikan inklusi.
Sumber :http://www.belajarkreatif.net/2013/03/cara-mengobati-diabetes-mellitus-dengan-bahan-alami.html
Copyright
www.belajarkreatif.net | Belajar Kreatif | Tips | Inspiring and Motivations |
National
Heart, Lung, dan Darah Institute.
https://id-id.facebook.com/notes/kiff-corner/bahaya-aids-dan-cara-pencegahannya/118543324917302